Friday, October 25, 2013

Ini Dia 5 Penyakit yang Ada Hubungannya dengan Tinggi Badan



Ini Dia 5 Penyakit yang Ada Hubungannya dengan Tinggi Badan

Tak hanya berat badan yang erat kaitannya dengan gangguan kesehatan tertentu, tapi juga tinggi badan. Misalnya saja penyakit Alzheimer, sakit jantung, hingga beragam jenis kanker.

Meski banyak peneliti yang tak tahu-menahu bagaimana memiliki tinggi badan tertentu membuat seseorang mudah jatuh sakit atau terserang penyakit tertentu, ini dia lima jenis penyakit yang kerap dikaitkan dengan tinggi badan, seperti halnya dilansir ABC News, Jumat (26/7/2013) berikut ini.

1. Kanker
Sebuah studi baru menemukan bahwa semakin tinggi postur seorang wanita maka risiko kankernya juga semakin besar. Menurut studi yang dipublikasikan dalam Journal Cancer Epidemiology, Biomarkers and Prevention tersebut, kanker yang rentan menyerang wanita tinggi diantaranya kanker payudara, ovarium, ginjal, tiroid, endometrium, usus dan rektum (anus). Begitu juga multiple myeloma dan kanker kulit melanoma.

Sebelumnya studi lain yang diterbitkan dalam jurnal PLoS One pada tahun 2012 menemukan setiap penambahan tinggi badan sebesar 5 cm di atas rata-rata 5 kaki 3 inci (160 cm), maka risiko seorang wanita untuk mengidap kanker ovarium naik sebanyak tujuh persen.

Selain itu, studi lain yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet pada tahun 2011 mengatakan wanita yang tinggi berisiko terkena 10 jenis kanker yang berbeda, diantaranya kanker payudara dan kulit.

Begitu juga dengan pria tinggi. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention pada tahun 2008, mereka berisiko tinggi mengalami kanker prostat agresif. Studi yang dilakukan terhadap lebih dari 9.000 pria Inggris dengan tinggi rata-rata 5 kaki 9 inci (175,26 cm) itu menemukan bahwa tiap penambahan tinggi badan sebanyak 10 cm maka risiko kanker prostat agresifnya bertambah 23 persen.

"Saya kira tinggi badan memang merupakan salah satu indikator faktor risiko kanker, tapi kami tak tahu bagaimana mekanismenya. Tapi sebenarnya tak peduli Anda tinggi atau pendek, menjauhi rokok, olahraga dan pola makan yang seimbang adalah perilaku yang bermanfaat bagi setiap orang," tandas Dr. Tim Byers, profesor kedokteran preventif dan biometrik dari University of Colorado Cancer Center, Denver.
"Dan mendapatkan tes screening kanker yang direkomendasikan dokter, tak peduli berapapun tinggi badan Anda," sarannya.

2. Sakit jantung
Lain halnya dengan kanker, penyakit jantung lebih banyak menyerang orang yang postur tubuhnya pendek. Dari sebuah review yang dilakukan pada tahun 2010 terhadap 52 studi yang melibatkan lebih dari tiga juta pria dan wanita menemukan bahwa orang yang posturnya lebih pendek berisiko 50 persen lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung yang mematikan ketimbang orang yang posturnya tinggi.

Tapi studi lain yang dipublikasikan dalam American Journal of Epidemiology menemukan bahwa salah satu kembar identik yang meninggal akibat penyakit jantung koroner biasanya memiliki postur tubuh yang lebih pendek daripada saudara kembarnya. Hal ini berarti kaitan antara tinggi badan dan penyakit jantung lebih disebabkan oleh faktor lingkungan dibandingkan karena faktor genetik.

"Namun jika faktor lingkungan tertentu yang diperoleh sejak kecil ternyata berpengaruh terhadap tinggi badan orang dewasa dan dengan sedemikian rupa memprogram kita agar terkena penyakit tertentu, kita perlu melihat kembali faktor itu. Sayang bukannya tak mungkin tapi sulit meminta orang dewasa untuk mengingat secara akurat apa yang mereka makan saat masih kanak-kanak," terang Byers.

3. Stroke
Sama halnya dengan penyakit jantung, stroke juga lebih banyak ditemukan pada orang-orang yang posturnya pendek. Sebuah studi dari Israel yang melibatkan lebih dari 10.000 pria dan 364 diantaranya meninggal dunia karena kanker menemukan bahwa setiap penurunan tinggi badan sebanyak 5 cm berkaitan dengan risiko stroke fatal sebesar 13 persen.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Stroke pada tahun 2002 ini pun menyimpulkan, pria yang posturnya terpendek dalam studi ini berisiko 54 persen lebih tinggi untuk terkena stroke fatal dibandingkan pria yang posturnya paling tinggi.

"Tinggi badan bisa jadi indikator yang kuat untuk status nutrisi seseorang, terutama dalam studi seperti yang kami kerjakan, yang melibatkan begitu banyak subyek yang masa kecilnya dihabiskan sebagai 'orang yang teraniaya'. Hal ini juga dapat dikaitkan dengan kondisi lingkungan saat masih kanak-kanak dan remaja," tandas peneliti
Sementara itu, Byers juga mengemukakan bahwa tinggi badan tak hanya dipengaruhi asupan gizi, namun juga hormon-hormon yang memicu munculnya risiko suatu penyakit. "Tampaknya orang yang posturnya lebih tinggi memiliki profil hormon yang sedikit berbeda dibandingkan orang yang posturnya lebih pendek. Dan hal ini tentu membutuhkan lebih banyak perhatian," tambahnya.

4. Penyakit Alzheimer
Risiko penyakit yang paling banyak menyerang lansia ini meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan riwayat Alzheimer keluarga. Hal ini menonjolkan faktor genetik di balik penyakit ini. Namun sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2007 menyatakan bahwa risiko Alzheimer pada orang berpostur pendek pun tinggi.

Studi yang membandingkan antara 239 pasien Alzheimer dengan 341 partisipan sehat ini pun menemukan pria yang posturnya lebih tinggi dari 5 kaki 10 inci (177,8 cm) berisiko 59 persen lebih rendah untuk terserang Alzheimer dibandingkan dengan pria yang posturnya lebih pendek dari 5 kaki 6 inci (167,64 cm).

5. Diabetes
Jika diabetes tipe 2 erat kaitannya dengan berat badan, namun ternyata diabetes tipe 1 bisa jadi berkaitan dengan tinggi badan.

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics pada tahun 2002, anak yang posturnya lebih tinggi dikatakan cenderung mengalami peningkatan risiko diabetes mellitus tipe 1, entah itu di masa balita atau remaja awal.

Namun kaitan antara tinggi badan dan risiko diabetes ini sebenarnya masih diperdebatkan. Apalagi ada beberapa studi lain yang menemukan bahwa anak-anak yang mengidap diabetes posturnya hampir sama atau lebih pendek daripada rekan-rekannya yang tidak terkena diabetes.

No comments:

Post a Comment