Banyak wanita yang tetap bertahan menjalani hubungan cinta yang buruk,
padahal mereka sudah tersakiti. Menurut penelitian, terdapat alasan
mengapa mereka takut melepaskan diri dari hubungan yang buruk. Alasan
utama ternyata bukan sepenuhnya karena cinta.
Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan oleh The Journal of Personality and Social Psychology menyebutkan bahwa takut hidup sendiri memicu orang tetap bertahan dalam hubungan yang buruk. Itu karena mereka lebih memilih memiliki pasangan dibanding harus sendiri.
Stephanie Spielmann, ketua peneliti dari University of Toronto memfokuskan studinya tentang bagaimana ketakutan akan kesendirian mempengaruhi hubungan asmara. Dari 153 partisipan yang diteliti, 40 persen mengatakan mereka takut bila tidak memiliki hubungan jangka panjang.
Sebanyak 18 persen lainnya takut menjadi perawan tua, 12 persen menyatakan takut kehilangan pasangan, 11 persen takut menjadi tua sendirian dan tujuh persen takut tidak pernah memiliki keluarga dan anak. Sebanyak tujuh persen sisanya merasa tidak berharga bila sendiri, empat persen takut dengan anggapan orang lain ketika tidak memiliki pasangan dan 0,7 persen mengatakan lebih baik punya hubungan sekalipun itu buruk dibanding tidak sama sekali.
"Selama menjalani hubungan, orang yang takut menjadi single akan memprioroitaskan status di atas kualitas hubungan itu sendiri, bertahan dalam hubungan yang kurang responsif dan kurang menarik, meski kurang memuaskan," ujar penulis.
The authors wrote, "During relationship initiation and maintenance, those who fear being single may prioritize relationship status above relationship quality, settling for less responsive and less attractive partners and remaining in relationships that are less satisfying."
Itu berarti kita telah menemukan jawabannya, mengapa banyak kasus hubungan yang tidak sehat, namun masih bertahan di dalamnya. Takut single menjadi jawabannya.
Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan oleh The Journal of Personality and Social Psychology menyebutkan bahwa takut hidup sendiri memicu orang tetap bertahan dalam hubungan yang buruk. Itu karena mereka lebih memilih memiliki pasangan dibanding harus sendiri.
Stephanie Spielmann, ketua peneliti dari University of Toronto memfokuskan studinya tentang bagaimana ketakutan akan kesendirian mempengaruhi hubungan asmara. Dari 153 partisipan yang diteliti, 40 persen mengatakan mereka takut bila tidak memiliki hubungan jangka panjang.
Sebanyak 18 persen lainnya takut menjadi perawan tua, 12 persen menyatakan takut kehilangan pasangan, 11 persen takut menjadi tua sendirian dan tujuh persen takut tidak pernah memiliki keluarga dan anak. Sebanyak tujuh persen sisanya merasa tidak berharga bila sendiri, empat persen takut dengan anggapan orang lain ketika tidak memiliki pasangan dan 0,7 persen mengatakan lebih baik punya hubungan sekalipun itu buruk dibanding tidak sama sekali.
"Selama menjalani hubungan, orang yang takut menjadi single akan memprioroitaskan status di atas kualitas hubungan itu sendiri, bertahan dalam hubungan yang kurang responsif dan kurang menarik, meski kurang memuaskan," ujar penulis.
The authors wrote, "During relationship initiation and maintenance, those who fear being single may prioritize relationship status above relationship quality, settling for less responsive and less attractive partners and remaining in relationships that are less satisfying."
Itu berarti kita telah menemukan jawabannya, mengapa banyak kasus hubungan yang tidak sehat, namun masih bertahan di dalamnya. Takut single menjadi jawabannya.
No comments:
Post a Comment